Resensi buku
Untuk Jabawaskita beberapa minggu
terakhir ini, aku menyelesaikan buku Journey to The Centre of The Earth,
karangan Jules Verne yang legendaris. Buku ini adalah sebuah buku klasik yang
sudah diterjemahkan ke puluhan bahasa dari bahasa Prancis. Walaupun buku ini
adalah sebuah bku fantasi, dan kalaupun ada orang yang ekspedisi ke tengah
bumi, pasti tidak akan berhasil. Bagaimana bisa, bahkan sebuah mesin drillpun
tidak bisa melewati kerak bumi, terlebih manusia. Namun unsur fantasi itu tetap
bisa membuatku terpukau dan membayangkan stalaktit dan stalagmit yang megah,
aliran air yang bersih dan segar, dan bayangkan saja, apa rasanya menemukan
makhluk yang sudah punah, di bawah lapisan kerak!
Untukku, sebuah buku itu harus
bisa membawa aku dalam sebuah petualangan, dan Jules Verne benar-benar sukses
melakukan itu padaku. Aku benar-benar bisa membayangkan kekagetan dan
kekqaguman saat suhu di termometer menunjukkan 30 derajat Celcius, padahal berada
di dalam sebuah gunung berapi yang aktif!
Akupun bisa membayangkan
kebanggaan Otto Lidenbrock saat menemukan fosil manusia yang masih utuh, atau
saat ia menemukan nama Arne Saknussem pada seonggok batu di kerak bumi.
Untuk berdekade-dekade, Jules Verne
telah menyulap anak-anak, remaja dan bahkan orang dewasa untuk ikut
berpetualang bersama Hans, Otto dan Axel. Buku ini mungkin sudah menginspirasi
beberapa orang untuk menjadi seorang mineralog, untuk mempelajari geologi lebih
dalam, atau mungkin untuk berpetualang dan keluar dari zona nyamannya.
Untukku, buku ini adalah sebuah statement, sebuah pengingat akan
pentingnya bertualang, dan akan imajinasi yang harus terus berfantasi.
Comments
Post a Comment